Penulisan Karya Ilmiah

A. Pendahuluan
Tuntutan sebagai manusia akademik adalah mampu menyajikan suatu karya yang bermanfaat bagi orang lain.
Tuntutan tersebut adalah mampu mewujudkannya dalam bentuk tulisan (karya fiksi ataupun nonfiksi)
Ragam tulisan ada dua macam yaitu ragam fiksi dan non fiksi
Ragam tulisan fiksi adalah cerpen, novel, novelet, komik dan puisi dll.
Ragam tulisan Nonfiksi ada dua jenis
a. Tulisannya baku, yaitu karya ilmiah (artikel ilmiah, proposal, skripsi, makalah, tesis, laporan dll)
b. Tulisannya tidak baku, yaitu (artikel popular, sinopsis, opini, dan tulisan dalam surat kabar, atau majalah.
– Kajian perkuliahan di sini difokuskan pada ragam penulisan nonfiksi khususnya pada penulisan karya ilmiah.
– Kegiatan penulisan karya ilmiah akan bermanfaat bagi mahasiswa dalam mengikuti setiap perkuliahan.
– Selain itu, belajar menulis karya ilmiah sangat bermanfaat ketika kita akan menyusun makalah, proposal dan skripsi sebagai tugas akhir.

B. Pengertian Karya Ilmiah
Tulisan ilmiah adalah tulisan yang didasari oleh hasil pengamatan, peninjauan, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan yang bersantun bahasa dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau keilmiahannya (Ekosusilo. M, 1995:11).
Adapun tulisan dapat disebut tulisan ilmiah apabila:
1. Mengandung suatu masalah beserta pemecahannya
2. Masalah yang dikemukakan harus obyektif sesuai realita
3. Tulisan harus lengkap dan jelas sesuai dengan kaidah bahasa (EYD)
4. Tulisan disusun dengan metode tertentu
5. Tulisan disusun menurut sistem tertentu.

C. Ciri-ciri yang Menandai Tulisan Ilmiah, Yaitu:
• Logis segala informasi yang disajikan memiliki argumentasi yang dapat diterima akal sehat.
• Sistematis segala yang dikemukakan disusun berdasarkan urutan yang berjenjang dan berkesinambungan.
• Objektif segala keterangan atau informasi yang dikemukakan itu menurut apa adanya dan tidak bersifat fiktif.
• Tuntas segi-segi masalah ditelaah secara lengkap dan menyeluruh
• Seksama Jelas, artinya tidak menimbulkan maksud lain.
• Kebenarannya dapat teruji.
• Berlaku untuk umum dan penyajiannya memperhatikan santun bahasa dan tata tulis baku (EYD).

D. Bentuk-bentuk Karya Ilmiah
Karya ilmiah murni dapat dibedakan berdasarkan tingkat akademisnya menjadi lima macam, yaitu proposal penelitian, laporan, makalah/paper, skripsi, tesis dan desertasi. Karya ilmiah popular dapat digolongkan dalam beberapa jenis dalam bentuk penyajiannya, seperti artikel/esai, tajuk rencana, pikiran pembaca, ulasan, berita ringan, feature, resensi dan opini.

Berikut kilasan bentuk karya ilmiah (makalah, proposal dan laporan)
1. Makalah/Paper
Merupakan karya tulis yang memerlukan studi, baik secara langsung maupun tidak. Makalah ini mengupas masalah secara logis, sistematis, dan objektif. Biasanya disajikan dalam forum ilmiah semacam seminar, lokakarya, simposium dan lainnya. Makalah dalam rapat kerja disebut kertas kerja, sedangkan makalah yang menjadi tugas mahasiswa adalah paper.
Untuk menyusun makalah langkah-langkahnya Sebagai berikut.
I. Judul
II. Pendahuluan
III. Isi /pembahasan
IV. Penutup
a. Saran
b. Simpulan
V. Daftar Pustaka

2. Proposal penelitian
Adalah suatu usulan rancangan kerja penelitian yang memuat beberapa hal penting terkait penelitian yang akan dilakukan. Proposal disusun sebelum kita melakukan suatu kegiatan pebelitian.
Untuk menyusun proposal langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Tema kegiatan
b. Latar belakang
c. Nama Kegiatan
d. Tujuan Kegiatan
e. Pelaksanaan/Waktu Kegiatan
f. Macam Kegiatan
g. Anggaran Kegiatan
h. Manfaat Kegiatan
i. Sasaran Kegiatan
j. Penutup
3. Laporan penelitian
Merupakan laporan hasil akhir penelitian yang telah dilakukan. Subtansi dan penulisannya dilakukan dengan cara ilmiah dan menurut aturan ilmiah yang berlaku.
Langkah-langkah menyusun laporan yaitu
 Pendahuluan (latar belakang dan tujuan)
 Pelaksanaan (Materi dan Metode)
 Hasil praktek atau kegiatan
 Pembahasan
 Kesimpulan
 Daftar Pustaka dan lampiran

E. Pemakaian Tanda Baca dalam Karya Ilmiah
Ada beberapa tanda baca yang sering kita jumpai dalam penulisan karya ilmiah, antara lain:
a. Tanda titik ( . )
Tanda titik digunakan pada akhir kalimat, memisahkan angka jam, nilai uang dan penomoran.
b. Tanda koma ( , )
Tanda koma dipakai pada unsure-unsur perincian, memisahkan anak kalimat dengan induk kalimat, memisahkan petikan langsung, dll.
c. Tanda titik koma ( ; )
Untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang setara dan sejenis, untuk memisahkan kalimat majemuk dan setara.
d. Tanda titik dua ( : )
Akhir kalimat menyebutkan/ rincian, sesudah kata ungkapan yang memerlukan pemerian ( ketua : .. ), dalam terks percakapan dll.
e. Tanda hubung ( – )
Digunakan pada suku kata saat pergantian baris, menyambung kata ulang, untuk spelling (mengeja) dll.
f. Tanda Tanya ( ? )
Digunakan pada akhir kalimat tanya.
g. Tanda seru ( ! )
Digunakan pada kalimat seruan tau perintah yang manggambarkan kesungguhan.
h. Tanda petik ( “ “)
Dipakai pada petikan kalimat langsung, mengapit judul buku, mengapit istilah yang asing dll.
i. Tanda garis miring ( / )
Digunakan pada penomoran surat, pengganti kata atau.

F. Kalimat Efektif
Kalimat efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Menurut Jos Daniel Parera, kalimat dikatakan efektif apabilakalimat itu didukung oleh:
1. Kesepadanan
Adanya struktur bahas dan cara atau jalan pikiran yang logis serta masuk akal.
2. Kepararelan
Bentuk bahasa yang dipakai untuk tujuan-tujuan efektifitas tertentu.
3. Ketegasan
adanya ketegasan dalanm menonjolkan pikiran utama.
4. Kehematan
Pilihan kata atau penyusunan pikiran yang terkadang bertumpuk-tumpuk dalam kalimat.
5. Kevariasian
Penguunaan kosa kata yang beragam dalam meyusun kalimat dan paragraph.

F. Bagian-bagian dalam Karya Ilmiah
1. Judul
Merupakan nama yang melukiskan dengan singkat masalah yang ditulis. Meskipun singkat judul harus mencerminkan isi tulisan. Judul harus dirumuskan dengan jelas , singkat, relevan, dengan isi tulisan tetapi tidak terlalu provokatif.
2. Abstrak
Rangkuman singkat dari isi sebuah dokumen, baik berupa laporan penelitian, artikel, skripsi dan kertas kerja.
3. Kata pengantar
Gambaran umum tentang pelaksanaan tugas dan hasilnya, ucapan terima kasih pada semua pihak; tempat tanggal, bulan, dan tahun penyusunan tulisan itu. Kata pengantar ditulis sebelum pendahuluan.
4. Pendahuluan
Berisi tentang alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, dan permasalahannya, serta pengantar menuju isi makalah dan dilengkapi tujuan dan manfaatnya jika diperlukan. Pokok pikiran dikemukan dengan sisngkat tetapi meyeluruh, sehingga pembaca dapat membayangkan apa yang akan dibahas dalam tulisan tersebut.
5. Isi (Pembahasan)
Mengupas masalah secara analisis dan runtut. Pembahasan merupakan uraian secara luas dan terperinci pada semua faktor yang membantu kejelasan masalah yang dibahas dengan sedalam-dalamnya.untuk itu perlu dijelskan tentang deskripsi data satuan dan analisis data, interpretasi data, dan tentang pengolahan data itu sendiri.
6. Kesimpulan
Penjelasan secara singkat jelas dan tegas dari hasil analisis data, tafsiran terhadap analisis data, dan kesimpulan hasil hipotesis diterima atau tidak.
7. Daftar Pustaka
Daftar pustaka/bibliografi merupakan sejumlah sumber yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan tulisannya.
8. Lampiran (Appendiks)
Data-data pendukung untuk menyusun karya ilmiah dan disusun setelah daftar pustaka sesuai dengan urutaan yang telah ditentukan.

BENTUK DAN KOMPOSISI BAHASA

Topik dan Judul
Topik yang sudah menyempit dapat langsung dibuat judul. Judul adalah titel, nama, atau label dari sebuah tulisan. Judul yang baik memilki ciri:
1. Bersifat lansung, cakupannya terbatas,
2. Mencerminkan isi
3. Mencangkup permasalahan atau variabel yang akan diuraikan
4. Dapat mempunyai sub judul
5. Singkat menarik dan padat
6. Berbentuk frase
7. Ditulis dengan huruf kapital semuanya atau disetiap awal kata, kecuali kata depan.
Struktur Hirarkhi Bahasa Indonesia
1. Fonem
Kesatuan bunyi yang terkecil dan bunyi ujaran yang membedakan arti secara rinci. Contoh: Cagar = Cakar
Fonem dibedakan menjadi 2 yaitu:
a. Fonem Vokal
1. vokal tunggal (contoh: a, i, e, u, o)
2. vokal rangkap/diftong (contoh: ai, au, oi)
b. Fonem Konsonan
1. nasal : m, nm, ny, ng (bila keluar melalui rongga hidung)
2. oral : b, c, d, f, g, dst. (kecuali vocal: keluar melalui rongga mulut).
3. Morfem
Merupakan kesatuan pembetukan kata dan dapat dibedakan artinya.
a. Morfem bebas: berdiri sendiri, contoh makan, tidur meja dll.
b. Morfem terikat: bentuknya terikat selalu bergabung dengan bentuk bebas, contoh berjalan, bergabung, menyanyi dll.
4. Kata
Kata merupakan kumpulan bunyi ujaran yang mengandung arti. Dalam bahasa tulis kata dinyatakan sebagai susunan huruf-huruf yang mempunyai arti yang jelas (huruf konsonan dan vocal).
Jenis kata: kata benda, bilangan, depan, ganti, keadaan, kerja, keterangan, sandang, sambung, dan seru.

Lengkapi tabel berikut dengan kata yang baku (sesuai EYD)
No Kata Tidak Baku Kata Baku
1. Prosen
2 Tradisionil
3 Sistim
4 Hipotesa
5 Kewarga-negaraan
6 Faham
7 Fikir
8 Aktip
9 Aktifitas
10 Kwalitas
11 Sintesa
12 Diskripsi
13 Atmosfir
14 Resiko
15 Jadual
16 Merubah
17 Diorganisir
18 Kesimpulan
19 Difinisi
20 Teoritis

5. Frasa
Dua kata atau lebih yang menmpunyai arti dan bisa menduduki fungsi subjek, predikat, objek dan keterangan.
Contoh: kopi pahit, nasi goreng, jalan mangga dll.

6. Klausa
Satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi menjadi kalimat.
Contoh: Ia malas berlatih

7. Kalimat
Merupakan susunan dari beberapa kata yang mengandung satu kesatuan makna (minimal ada unsur subjek dan predikat).
Jenis-jenis kalimat yaitu: kalimat langsung, tidak langsung, verbal, nominal, Tanya, berita, perintah, ajakan, permintaan, pengharapan, aktif dan pasif.
a. Kalimat Efektif
Penulisan karya ilmiah harus dengan bahasa baku. Kalimat ragam baku hendaknya berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah dan enak dibaca.
Berikut ini ketentuan menulis kalimat efektif dalam karya ilmiah.
1. Subjek tidak didahului kata depan
Contoh:
– Pada penelitian ini menggunakan sampel perusahaan jasa travel di DIY.
– Dengan membudayakan ketertiban, sekolah akan meluluskan out come yang berkualitas.
Kata depan yang tidak diperbolehkan mengawali kalimat adalah: di, dan, dalam, kepada, daripada, sebagai, dan mengenai.
2. Subjek dalam induk kalimat tidak boleh dihilangkan
Contoh:
– Tidak diharapkan oleh siapapun, tetapi kenyataannya bayi yang sehat dapat tertular aids lewat jarum suntik. (salah)
3. Kata sedangkan dan sehingga tidak dapat digunakan di awal kalimat tunggal maupun kalimat majemuk.
Contoh:
– Salah satu sulitnya mencari pekerjaan adalah banyaknya pencari kerja. Sedangkan kesempatan kerja tidak banyak.
4. Predikat kalimat tidak didahului “yang”
Contoh:
– Keberadaan bursa valuta asing yang mendorong pariwisata Indonesia.
– Adik yang berjalan sambil membawa bunga.
5. Pemakaian kata “hemat”
Kata-kata yang bersinonim sering digunakan sekaligus; antara lain, adalah merupakan, demi untuk, seperti misalnya, agar supaya dll.
Contoh: – Korupsi adalah merupakan kejahatan yang menyengsarakan rakyat.

6. Kalimat efektif tidak menggunakan kata penghubung yang bertentangan
Contoh: – Meskipun penelitian ini telah dilakukan sesuai dengan rancangan, tetapi hasilnya belum memuaskan.
b. Kaidah Penulisan Kalimat
Kaidah penulisan kalimat baku dalam karya ilmiah harus memperhatikan EYD. Hal-hal penting yang perlu diperhatikan adalah.
1. Penulisan kutipan langsung (awal kalimat huruf kapital)
Contoh: – Ditjen anggaran dan pertimbangan keungan, sahala, mengatakan, “ Target imigrasi di Indonesia naik 20 %.”
2. Penulisan istilah asing
Kata-kata yang berasal dari bahasa asing, (selain bahasa Indonesia) ditulis dengan huruf miring (italic).
Contoh: – Pasar tenaga kerja Indonesia masih tidak luwes (inflexible).
Jika singkatan asing ditulis tetap contoh: Bostom Consulting Group (BCG)
3. Penulisan subjek dan predikat tidak boleh disispi tanda koma (,)
Contoh: Harga pokok penjualan, merupakan konsep yang telah digunakan secara luas.
4. Penulisan keterangan tambahan dalam kalimat
Kalimat tambahan berfungsi untuk memperjelas fungsi subjek dan predikat.
Contoh : – Tragedi Trisakti, terjadi tanggal 12 Mei 1998, merupakan tonggak dimulainya reformasi di Indonesia.
5. Penulisan tanda baca koma (,) dalam kaitannya dengan konjungsi
Klausa yang diawali dengan konjungsi subordinatif (karena, meskipun, ketika, dan kalau) jika diletakkan di awal kalimat harus diakhiri dengan tanda baca koma.
Contoh: – Meskipun harganya mahal, buah impor tetap disukai konsumen.
Lengkapi tabel berikut menjadi kata yang hemat dan benar
No Kata Salah Kata Benar
1 Adalah merupakan
2 Demi untuk
3 Agar supaya
4 Mempunyai pendirian
5 Melakukan penyiksaan
6 Menyatakan persetujuan
7 Dalam rangka mencapai tujuan
8 Berbagai hambatan
9 Mendeskripsikan tentang
10 Terdiri dari
11 Bertujuan untuk …..
12 Tergantung pada
13 Disebabkan karena
14 Baik…..ataupun……….
15 Dalam rangka untuk………
16 Mengadakan penelitian
17 Berbagai faktor-faktor
18 Dengan adanya perubahan
19 Berdasarkan kepada
20 Setelah….kemudian……

c. Kerancuan dan Ketaksaan dalam Bahasa Indonesia
1. Kerancuan
Kerancuan bahasa adalah kontaminasi/kekacauan dalam bahasa. Kerancuan ini dapat terjadi dalam susunan/penggabungan maupun pembentukan, baik ditingkat kata, frasa, klausa, maupun kalimat. Berikut ini contoh kerancuan dalam bahasa Indonesia.
a. Kerancuan kata
contoh: – berulangkali : berkali-kali
– seringkali/kerapkali : berkali-kali
b. Tingkat frasa
contoh: – Belok kiri jalan terus
Kalimat di atas terdapat dua frasa yaitu “belok kiri dan jalan terus”.
c. Tingkat kalimat
Kontaminasi kalimat tau kerancuan kalimat adalah kalimat dengan susunan kacau.
contoh:
– Mahasiswa itu menyelesaikan tugas, kemudian tugasnya diserahkan kepada Dosen. (salah)
– Mahasiswa itu menyelesaikan tugas, kemudian menyerahkannya kepada Dosen. (betul)
d. Tujuan (purpose) : Penjelasan kalimat (explanatory sentence)
1. Definisi (definition)
2. Contoh (example)
3. Argumentasi
4. Perbedaan (contrast)
5. Analisis/proses (analysis/process)
6. Diskusi
7. Deskripsi
8. Narasi

2. Ketaksaan/Ambivalensi
Ketaksaan atau ambivalensi adalah kemungkinan makna ganda pada kata atau rangkain kata, baik yang berupa frase, klausa maupun kalimat.
a. Tingkat kata
Yang termasuk taksa tingkat kata adalah semua kata yang tergolong polisemi, artinya satu kata dengan beberapa pengertian/ makna.
Contoh: – kandungan : unsur, organ tubuh wanita
– kepala : pimpinan, anggota tubuh
– kaki : bagian akhir, anggota tubuh
b. Tingkat frasa
Gabungan kata yang tidak predikatif yang memiliki makna lebih dari satu.
Contoh: – Bebas parkir: parkir gratis, tidak ada tempat parkir
– Hapus papan tulis: menghapus papan tulis, menghapus tulisan

c. Tingkat klausa
contoh: – Buku sejarah baru: cetakan terakhir, sejarah peristiwa terakhir.
– Isteri dokter muda: yang muda adalah isteri. Yang muda adalah dokter.
d. Tingkat kalimat
contoh: Anak perwira tinggi yang rendah hati.
Perwira tinggi yang rendah hati (itu) mempunyai anak.
Perwira tinggi (itu) mempunyai anak yang rendah hati.

Latihan:
1. Raid, membasmi nyamuk tanpa batuk.
2. Anak itu berlari pergi ke kampus.

d. Diksi atau Pilihan Kata
1. Kata umum dan kata khusus
Untuk mendapat makna yang tepat sebaiknya digunakan kata khusus untuk mengungkapkan makna secara jelas. Hidarkan pemakaian kata umum dalam kalimat.
2. Kata indria
Artinya ketika kita menulis menggunakan panca indera kita (pendengaran, penglihatan, peraba, rasa dll) untuk membantu kelancaran dalam mendeskripsikan sesuatu saat menulis kalimat.
3. Kata populer dan kata ilmiah
Pada saat menulis kita harus mampu membedakan penggunaan kata populer dan ilmiah dalam sebuah kalimat.
4. Jargon
Adalah kata-kata teknis dalam suatu bidang ilmu tertentu dan sering tumpang tindih dalam pengertian istilah. Jargon adalah bahasa yang khusus sekali.
5 Kata Slang
Kata-kata percakapan yang menjurus kearah nonstandar yang disusun dengan khas, seperti bahasa prokem atau bahas gaul.
6. Idiom Pola-pola bahasa yang menyimpang dari kaidah dan makna bahasa yang umum dan makna gabungannya tidak dapat diterangkan melalui kata pembentuknya.
Contoh: makan hati, banting tulang (peribahasa).

Key word
Kohesif (kepaduan unsur): hubungan timbal balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur pembentuk kalimat, hunbungan antara subjek, predikat dst.
Contoh: Saya sudah membaca buku itu hingga habis.

Koherensi adalah kepaduan makna antar unsur pembentuk kalimat. (keruntutan maknanya)
Contoh: – Rumput itu makan kuda. —– Rumput itu dimakan kuda.
– Lestari akan mengawini pacarnya. — Lestari akan dikawini pacarnya.

8. Paragraf dan Pembentuknya
Paragraf merupakan satuan bahasa tulis yang terdiri atas beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, lengkap, utuh dan padu. Paragraf terdiri sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan satu pikiran utama atau gagasan pokok sebagai intinya.
Macam-macam Paragraf
A. Paragraf Induktif
Yaitu paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat khusus ke hal yang lebih umum. Gagasan utama/pikiran utama terletak pada kalimat terakhir dalam suatu paragraf.
B. Paragraf Deduktif
Yaitu paragraf yang dimulai dari hal-hal yang bersifat umum ke hal yang lebih khusus. Gagasan utama/pikiran utama terletak pada kalimat pertama dalam suatu paragraf.
C. Paragraf Kombinasi
Yaitu paragraf yang terdiri dari kalimat kalimat yang setara. Gagasan utama dalam paragraf kombinasi bisa di awal ataupun di akhir.

Berdasarkan sifat dan tujuannya, ada lima jenis paragraf yaitu deskripsi, narasi, argumentasi (alasan), persuasi (ajakan), dan eksposisi (memaparkan).
Paragraf terbentuk oleh tiga unsur yaitu:
1. gagasan pokok/pikiran utama (one thing)
2. kalimat utama (topic sentence)
3. kalimat pendukung/penjelas (explanatory sentence)
Penulisan kalimat utama harus memenuhi syarat berikut ini.
a. Mengandung satu unsur ide/gagasan pokok.
b. Kalimat topik berupa kalimat.
c. Kalimat topik tidak mengandung rincian.
d. Kalimat topik tidak terlalu luas.
e. Kalimat topik tidak merupakan pengumuman.

Konjungsi
Konjungsi merupakan kata yang dapat memadukan kalimat dalam paragraf sehingga menjadi paragraf yang utuh. Konjungsi ada dua macam yaitu:
a. Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan mempunyai status sintaksis yang sama; misalnya, dan, atau tetapi, bahkan, kemudian, lalu, lantas, melainkan, padahal.
b. Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang sifatnya meluaskan unsur kalimat (dapat di awal kalimat); seperti: andaikan, apabila, jika, dengan demikian,jadi, adapun, dll.

9. Wacana (Discourse)
Wacana merupakan tataran tertinggi dalam hierarki kebahasaan bukan merupakan kumpulan kalimat yang acak, tetapi satuan bahasa di atas kalimat yang tertata secara berkesinambungan dan membentuk sata kesatuan yang padu dan utuh (alwi, 1998).
Secara garis besar struktur wacana terdiri dari:
1. pendahuluan/pembuka
2. isi
3. penutup
ad 1. Paragraf Pendahuluan/ Pembuka
Teknik-teknik untuk menyusun paragraf pembuka adalah sebagai berikut:
a. Memulai dengan anekdot (cerita menarik, aneh, lucu), pertanyaan, fakta statistik, kutipan peribahasa, pengalaman, lagu, puisi, yang terkait dengan topik.
b. Memberi ulasan preview atas beberapa temuan dari orang-orang terdahulu.
c. Memulai dengan pernyataan yang umum dan akrab dengan pembaca.
d. Menyatakan subtopik atau rencana penulisan.
Ad 2. Paragraf Isi
Teknik-teknik untuk menyusun paragraf isi adalah sebagai berikut:
a. Mengutip data,fakta, statistik, bukti.
b. Meringkas, mengutip mengatakan sendiri kesaksian orang lain sehubungan dengan apa yangb dibicarakan.
c. Memberi anekdot (perumpamaan)
d. Mendefinisikan istilah
e. Membandingkan/mempertentangkan yang sedang dibicarakan dengan hal lain.
f. Melukiskan fisik, watak, orang, tempat, barang, tau tindakan yang sedang dibicarakan.
Ad.3 Paragraf Penutup
Teknik-teknik untuk menyusun paragraf penutup adalah sebagai berikut:
a. meringkas hal-hal penting yang telah dibicarakan dalam isi.
b. Menyatakan kembali dengan kata-kata lain gagasan pokok seluruh wacana.
c. Menyajikan penafsiran dari bagian isi wacana
d. Menambah komentar terhadap topik.
e. Memberi kesimpulan dengan tegas dan efektif mengenai isi wacana agar pembaca mudah mengingatnya.
f. Memberi kutipan, proyeksi maslah dimas depan
g. Memberi rekomendasi (anjuran kepada pembaca) dan prediksi.
h. Menyatakan solusi.
Agar tidak terjadi lompatan pikiran, maka kita harus memilih kata transisi yang tepat dari paragraf isi ke paragraf penutup. Kata transisi yang lazim misalnya akhirnya, jadi, dapat disimpulkan, demikianlah, oleh karena itu, singkatnya (diikuti tanda koma).
Kerangka Wacana
Penataan ide di dalam kerangka di susun dengan pola berikut ini:
1. Kronologis
2. Perbandimngan/ Pertantangan
3. Topikal (membagai topik menjadi sub-subtopik)
4. masalah solusi
5. opini alasan
6. sebab akibat

Contoh Kerangka Wacana
Topik: Alasan Mahasiswa Masuk Perguruan Tinggi
1. Menyenangkan hati orang tua
1.1 orang tua di desa
1.2 cita-cita orang tua
2. Menambah teman
2.1 mengenal karakter orang
2.2 mencari jodoh
2.3 mengusir sepi
3. Mendapatkan gelar sarjana
3.1 untuk prestise
3.2 untuk mencari kerja
3.3 untuk meningkatkan derajat seseorang
4. Merasa terpaksa karena tuntutan pekerjaan
4.1 Menambah ilmu pengetahuan
4.2 Kenaikan pangkat

Kepadauan Wacana
Untuk membuat antarbagian (kalimat, paragraf dan anta paragraf, antar bab)di dalam wacana menjadi saling berkaitan, kita perlu memahami kohesi (pertalian gramatikal) dan koherensi (pertalian semantik), dua unsur tersebut yang berperan penting.
Ada empat aspek gramatikal yang berperan dalam menghasilkan wacana ynagn kohesif.
1. Pengacuan (referensi)
Contoh: Masyarakat sudah lelah mendengar janji-janji pemerintah. Karenanya mereka selalu melakukan demonstrasi.
2. Penggantian/Subtitusi
Contoh: Pak Rama berangkat ke kampus jam enam pagi. Guru teladan itu menjalani profesinya dengan baik.
3. Elipsis (pelepasan)
Contoh: Aku dan Tono mendaftar kerja bersama-sama. Berangkat ke kantor pun …… …. bersama-sama.
4. Konjungsi (penghubung)
Pemakaian konjungsi yang tepat pada setiap kalimat.

Langkah-langkah dalam Menyusun Karya Ilmiah
1. Menentukan topik (pokok pembicaraan)
2. Pemilihan tema (pesan utama penulis dan tujuan yang ingin dicapai)
3. Merumuskan masalah
4. Menetapkan judul (nama atau titel karya ilmiah)
5. Menyusun kerangka (outline).

Kerangka ilmiah terdiri atas bagian-bagian berikut ini:
a. Judul
b. Sistematika
– Bab Pendahuluan; berisi persoalan yang akan dibahas, mengapa penting untuk dibahas dan dengan cara apa akan dibahas.
– Bab Batang Tubuh; metode penelitian, kerangka teori, uraian pelaksanaan penelitian, dan pembahasan.
– Bab Penutup; Rangkuman hasil penelitian, simpulan dan saran.
– Daftar Pustaka;sumber yang dipakai (buku, jurnal atau terbitan lain)
– Lampiran (Data pendukung tulisan)
– Apendiks (daftar kata-kata kunci)
10. Kutipan
Merupakan bagian pernyataan, mendapat, buah pikiran, definisi, rumusan, atau hasil penelitian dari penulis atau penulis sendiri yang telah direkomendasikan.
a. Tujuan penggunaan penelitian yaitu:
– Menegaskan isi uraian
– Membuktikan kebenaran dari sebuah pernyataan yang dibuat penulis.
– Mengetahui materi dan teori yang digunakan penulis.
– Mengkaji interpretasi penulis terhadap bahan kutipan.
– Menunjukkan bagian atau aspek topik yang akan dibahas
– Mencegah plagiat.
b. Jenis Kutipan
1. Kutipan Lansung Pendek (< 4 baris)
– diintergrasikan lansung dengan teks,
– berjarak sama dengan tek asli,
– diapit dengan tanda kutip,
– disebut sumber kutipan.
contoh: Mengenai melodrama Waluyo mengemukakan, “Lakon yang sangat sentimental” (Waluyo, 2000: 20).
2. Kutipan Langsung Panjang
– dipisahkan dengan teks,
– diberi jarak rapat antar baris dalam kutipan,
– disebut sumber kutipan dan tidak diapit tanda petik.

c. Kutipan pada awal kalimat
Menurut Waluyo (2000: 24), tema merupakan gagasan pokok yang terkandung dalam cerita. Tema berhubungan dengan ………………………

Contoh kutipan pada akhir kalimat
Tokoh antagonis adalah tokoh penentang arus cerita. Tokoh ini biasanya melakonkan tokoh yang berkarakter negatif atau jahat (Waluyo, 2000: 15).
Penulisan Daftar Pustaka

Endraswara, Suwardi. 2003a. Membaca, Menulis, Mengajarkan Sastra Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Kota Kembang.

______ 2002b. Metode Pengajaran Apresiasi Sastra. Yogyakarta: CV. Radhita Buana.

Depdiknas. 2003. “Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas”. Jakarta: Depdiknas

Anggarani, A, Hapsari S, dan Eka endang. 2006. Mengasah Keterampilan Menulis Karya Ilmiah di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

11. Bentuk-bentuk Tulisan
a. Narasi
Adalah bentuk tulisan yang berupa paparan (cerita) dan bersifat fiktif. Dalam tulisan narasi biasanya terdapat cerita yang berkesinambungan. Disajikan dalam gambaran yang jelas antara tokoh-tokoh, jalan cerita, dan tempat peristiwa secara utuh.
b. Eksposisi
Adalah merupakan tulisan yang berbentuk paparan yang dilengkapi dengan data-data kesaksian seperti gambar, grafik, foto-foto, dengan tujuan memperjelas informasi yang disampaikan. Tulisan eksposisi bertujuan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu masalah.
c. Argumentasi
Bentuk tulisan yang sarat dengan gagasan yang bersifat pendapat dari penulis. Pembaca diharapkan mau menerima pendapat yang diungkapkan dalam bacaan tersebut. Tulisan argumentasi bersifat mempengaruhi pembaca agar menerima/setuju dengan pendapat penulis yang disajikan (disertai data-data dan alasan-alasan yang logis).

d. Persuasi
Adalah jenis tulisan yang disamapaikan dengan cara tertentu secara ringkas, menarik dan berusaha mempengaruhi pembaca. Biasanya pembaca akan terhanyut dalam tulisan jenis ini.
e. Ringkasan
Tulisan reproduksi dari naskah yang disingkat atau disederhanakan. Teknik penulisan ringkasan tetap memperhatikan urutan-urutan pokok pikiran dan sudut pandang pengarang.
f. Resensi
Adalah jenis tulisan reproduksi berupa alasan tentang nilai sebuah buku. Resensi ditulis atas dasar buku yang baru terbit dan bertujuan untuk memberikan informasi kepada pembaca.

12. Membangun Komunikasi yang Efektif
Aspek-aspek yang harus dipahami :
1. Kejelasan (clarity)
– Bahasa yang dipakai
– Kemampuan menyampaikan orang pandai belum tentu mampu menyampaikan dengan jelas
2. Ketepatan (accuracy)
– Informasi yang disampaikan akurat (tepat/benar)
– Bahasa yang digunakan sesuai
3. Konteks (contex)
– Bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan lingkungan dimana komunikasi itu terjadi
4. Alur (flow)
– keruntutan alur bahasa dan informasi sangat penting untuk dapat berkomunikasi efektif
– Individu yang mampu berkomunikasi dengan sistematis dan mengalir jelas sangat disukai karena jelas
5. Budaya (culture)
Hal ini cenderung pada etika dan tata krama, serta juga pilihan kata yang digunakan ini harus kita dasarkan pada budaya dan etika dimana kita bicara di kelompok, etnis, dan status sosial dsb.
PENULISAN KARYA ILMIAH